Minggu, 30 Mei 2010

0 komentar

MOTIVASI HIDUPKU
Masih tetap kujalani
Kehidupan yang tak pasti
Sampai kapan semua ini kan terjadi
Aku sendiri tak tau pasti
Aku ingin berlari
Namun sulit ku langkahkan kaki
Hingga ku masih menapaki kaki disini
Hanya untuk dirimu oh kasih
Dirimu….
Yang selalu menemaniku, menjagaku, dan merawatku…
hingga kelak nanti aku yang akan menemani, menjaga dan merawatmu…
do’a mu selalu menyertai perjalanan hidupku…
terimakasihku untukmu,,
ayah&ibu….
Kalian dua orang yang sangat berharga dalam hidupku…
Aku mencintaimu…


By:cHa angeL

0 komentar

PEMIMPIN ADALAH PELAYAN UMAT
Assalamu’alaikum wr.wb…
Hadirin yang berbahagia!
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah swt. Takwa dalam arti melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Allah swt telah memberikan tuntunan kepada hamba-Nya berupa agama Islamsebagai pedoman hidup yang lurus untuk dilaksanakan oleh manusia dalam menghadapi tugas-tugas hidupnya sebagai khalifah. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada jungjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya serta seluruh umatnya alam ini.
Sebagai khalifah, manusia memperoleh amanat Allah swt untuk menyelenggarakan suatu kehidupan yang baik, mengolah alam seisinya agar manusia itu sendiri dapat hidup dengan penuh kebahagiaan yang penuh ridha Allah swt. Tugas-tugas manusia telah nyata dan kesemuamya tersimpul dalam bentuk mu’amalah antara sesama hamba.
Kesemuanya itu memerlukan adanya sikap dan tanggung jawab yang baik. Di dalam hubungannya dengan sesama hamba Allah swt kita diperintahkan untuk berlaku jujur , adil dan terbuka, dalam arti tidak dibenarkan adanya sikap berpura-pura atau setengah-setengah yang akhirnya dapat mengacaukan keadaan kita sendiri.
Sebab betapun kejujuran, adil dan keterbukaan dalam semua perbuatan adalah merupakan syarat mutlak tercapainya semua cita-cita karena semua itu dapat memudahkan tugas-tugas yang dihadapi. Sebagaimana dikatakan dalam Q.S An-Nisa:135.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan.”
Pada Q.S Al-Maidah:8 Allah swt berfirman:
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat ini secara tegas menyatakan bahkan terhadap yang kita benci sekalipun kita harus tetap berbuat secara adil karena itu merupakan ciri dari takwa. Jujur dengan pengertian menetapi ketentuan dan hokum yang benar, baik dalam sikap, perbuatan maupun perkara meskipun untuk itu mesti menanggung kepahitan.
Tegasnya, orang-orang yang senantiasa berlaku adil dan jujur pasti akan bersikap terbuka, terus terang serta jauh dari sikap berpura-pura atau munafik. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa orang-orang yang adil dan jujur semua perkataan dan janji-janjinya selalu dibuktikannya dengan benar dan tidak pernah membuat kebohongan ataupun dusta, terutama dalam menunaikan amanat Allah.

Kaum Muslimin yang berbahagia!
Kita menyadari bahwa sikap adil dan jujur serta keterbukaan itu sangat dibutuhkan dalam melaksanakan amanat Allah. Baik dalam duniawi maupun ukhrawi. Didalam unsur-unsur dunia, keadilan merupakan syarat bagi ketertiban, keamanan, dan kemakmuran hidup bersama. Melalui sikap adil kita mendapatkan jaminanbahwa hak-hak kita akan terpenuhidan tidak ada hak oranglainyang terampas. Bila ada hak orang yang terampas, hidup ini akan dipenuhi oleh rasa dendam yang tidak akan membuat kita menjadi tenang.
Untuk itulah Rasulullah sangat mencela perbuatan orang-orang munafik sebagaimana sabdanya:
“Aku sama sekali tidak mempunyai kekhawatiran daripadamu tentang dua kelompok manusia, ialah kelompok manusia yang beriman yang jelas-jelas imannya dan orang kafir yang jelas-jelas pula kafirnya”.
Dari hadits diatas kita memperoleh kesimpulan bahwa Rasulullah sendiri lebih mengkhawatirkan golongan ketiga yakni orang-orang munafik yang tidak jelas dimana ia berpihak. Tidak muslim atau tidak kafir.
Untuk membentengi diri kita agar terhindar dari sifat-sifat kemunafikan, maka hendaknya kita mengenali ciri-ciri munafik itu sendiri, sehingga kita akan berhati-hati terhadap mereka yang mempunyai ciri semacam itu. Mengenai cirri-ciri orang munafik ini Rasulullah bersabda yang artinya:
“tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila mengatakan sesuatu, ia dusta, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila dipercayai ia berkhianat.” (H.R. Bukhari)
Orang munafik adalah orang yang tidak jujur, tidak amanah dan secara pasti tidak memberikan keadilan. Begitu kita berjanji dan tidak memenuhinya, maka pada saat itu kita sedang tidak berbuat adil terhadap orang yang kita janjikan. Orang munafik sekali lagi adalah orang yang tidak adil, ia kerap berkhianat dan ini berarti membuat orang lain menjadi sengsara. Mudah-mudahan kita tidak termasuk pada orang-orang munafik.
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (AL-Ahzab 70-71)

Inilah ayat Al-Qur’an yang memberikan obat bagi kemungkinan orang munafik yang kita miliki. Ayat diatas secara tegas menyatakan bahwa “berkata yang benar” merupakan obat bagi kemunafikan. Lebih dari itu ayat ini menegaskan bahwa “bila kita telah melakukan perkataan yang benar maka Allah akan menghindari kita dari dosa”.
Hadirin Rahimakumullah!
Tidak munafik dalam makna tetap adil, jujur dan dapat dipercaya merupakan syarat bagi seorang pemimpin. Jadi, pemimpin yang baik adalah peminpin yang tidak munafik dalam arti pemimpin yang terus menerus memberikan rasa keadilan bagi orang yang dipimpinnya.
Bila kita memiliki pemimpin yang adil maka seluruh amanat (keinginan dan kebutuhan kita) akan diurus dan dilakukan secara baik. Bila kita memilki pemimpin yang jujur, kita akan menemukan kepastian hokum dan hak dari kata-kata yang dikemukakannya.
Pemimpin yang adil akan membawa kita pada kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang penuh kebahgiaan yang diberikan kepada orang-orang yang selalu berbuat benar adalah merupakan janji Allah dan janji Allah tidak akan meleset sebagaimana firman-Nya:
“Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”.(Faathir:5)
Janji Allah itu, bila merujuk pada ayat sebelumnya adalah “bila seorang pemimpin memelihara perkataanya, maka ia akan diberi petunjuk untuk melakukan yang benar dan akan terhindar dari perbuatan dosa”. Dosa pribadi hanya akan menyebabkan kesengsaran pribadi, namun dosa seorang pemimpin akan berakibat pada kesengsaran pada yang dipimpinnya. Dan Allah berjanji, bila seorang pemimpin memelihara perkataannya maka ia akan terhindar dari dosa yang akan menimbulkan kesengsaran pada yang dipimpinnya.
Sementara janji Allah yang kedua, berdasar pada ayat diatas adalah kebahgiaan dalam kehidupan. Kebahgiaan ini dapat dicapai bila kita hidup dalam sebuah masyarakat yang tidak menipu dan mengingkari keberadaan dan janji Allah.
Kaum Muslimin Yang Berbahgia!
Untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya-bahaya munafik serta akibatnya kelak, maka marilah kita renungkan firman Allah dalam Al’Qur’an:
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya[362], Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih” (An-Nisa”137-138)
Semoga kita terhindar dari sifat-sifat munafik dan tidak mengalami bahya-bahaya yang ditimbulkan oleh kejahatan orang-orang munafik, baik bahaya didunia maupun di akhirat. Sebab, sikssaan bagi orang munafik digambarkan Al-Qur’an sebagai siksaan yang maha dahsyat.
Semua itu, bagi kita yang berakal, tentu harus dihindari. Karena itu marilah kita meniatkan diri untuk tidak akan menjadi orang yang munafik. Dan kitapun meniatkan diri hanya akan percaya dan menuruti pemimpin-pemimpin yang adil, pemimpin yang tidak munafik, pemimpin yang benar-benar berada dijalan mardatillah.

Saudara-saudara yang berbahagia!
Sebagai muslim Indonesia yang sedang mengalami krisis multidimensi, kita dapat mengharap mudah-mudahan kita dapat bertakwa dan melakukan perbaikan. Kita juga berdo’a mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang berdusta dan menyombongkan diri dihadapan kebenaran yang Maha Benar. Hanya dengan cara itu, kita dapat menghadapi krisis seberat apapun secara tenang, tanpa kesedihan dan ketakutan.
Mudah-mudahan Allah swt memberikan kemampuan kepada kita semua untuk melaksanakan ajaran ini, mudah-mudahan taufik dan hidayah-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita semua.
Wasalamu’alaikum wr.wb

Diambil Dari Buku Panduan Pelatihan Khitobah.

 

boCha anGeL's | Copyright 2009 - Designed by Gaganpreet Singh